Catatanku...

Tuesday, April 26, 2005

Bulan

Bulan bulat sempurna memanjakan mataku sore ini. Dilatari langit biru muda dan hamparan awan kelabu, kehadiran bulan bundar putih bersinar benar-benar menggetarkan. Terlebih bila kulihat hamparan salju tipis di pelataran belakang gedung dan juga lapisan-lapisan keping salju memenuhi dahan dan ranting yang masih kering. Benar-benar pemandangan yang fantastis. Sementara awan kelabu merayap perlahan, kehadiran bulan sedikit hilang dan timbul dan memberikan efek warna dan terang yang luar biasa. Indah. Aku tak tahu bagaimana menceritakan semua ini. Indah, sungguh indah. Sementara diluar, hanya ada kesunyian. Semua suara seperti terserap dinginnya udara yang merayap melewati titik beku. Sepi dan syahdu.


Bila kuamati, kehadiran bulan seperti tidak nyata. Dia seperti digantungkan disana untuk menggoda mata, menjadi penghias langit. Bulan, lengkap dengan bulatan putih dengan batas tegas sempurna. Di tengah bulatan itu, terlihat bercak-bercak kelabu yang menunjukkan permukaan yang sedikit berbeda. Benar-benar bulatan sempurna. Aku bahkan memerlukan sebuah jangka ketika aku berusaha menampilkan bulatan. Tangan kecilku tak mampu menarik batas bulat sempurna. Bulan ternyata bukan hanya sekedar bulatan sempurna yang tergantung di kehampaan angkasa tanpa tujuan.
Dia ada di sana sebagai bagian dari harmoni alam semesta. Pada kenyataannya dia merupakan bola raksasa di angkasa, melayang dan berputar mengikuti keteraturan alam. Tanpa kehadirannya, mungkin alam semesta menjadi pincang. Dia hadir bukan sebagai pelengkap, tetapi dia salah satu esensi alam. Dia memang Maha Kreatif. Kegemaran utamanya adalah membuat kagum mata manusia.

Dari tempatku duduk dan terpaku, kemampuan mataku yang terbatas hanya mampu melihat bulan sebagai bulatan melayang di angkasa sebagai penanda datangnya malam, cerahnya malam tanpa awan. Padahal dia lebih dari sekedar apa yang bisa kutangkap dengan mata atau isi kepalaku. Terkadang, egoisme seorang manusia sepertiku hanya mampu berpikir dan menganggap kehadiran tanda- tanda alam hanya pelengkap keberadaan manusia. Ternyata, kehadirannya jauh lebih besar dan lebih bermakna dari sekedar isi kepalaku yang terbatas ini.


Tak heran begitu besar usaha manusia berusaha mengerti keberadaan alam ini. Melalui puisi, melalui nyanyian, melalui perenungan bahkan melalui usaha ilmu pengetahuan untuk dapat sekedar menyatakan kekaguman, ketidakberdayaan dan keterbatasan kemampuan manusia untuk mengerti. Bahkan saat ini pun, mata dan mulutku tak mampu menggambarkan betapa besar gairah dan kesenangan yang terasa hanya dengan menatapnya. Begitu terang, begitu terasa dekat. Sepertinya tanganku mampu meraihnya, membelai dan merasakan kehangatannya berpendar di jari-jariku yang kecil ini. Jarak besar yang memisahkan diriku dengan bulan, tak mampu menyembunyikan pengaruhnya dalam hatiku.


Hatiku pada sore menjelang pukul lima di musim gugur ini menjadi hangat. Kalau sebelumnya, sesiangan aku begitu disibukkan dengan usaha yang kuanggap dapat membuatku menjadi bahagia ternyata hanya mendatangkan kelelahan. Tetapi sore menjelang malam ini, hanya dengan duduk diam dan menatap pendaran sinarnya, aku merasa tenang, terhibur sekaligus terpana. Lagi-lagi aku diingatkan bahwa kebahagiaan tidak hanya datang dari kerja keras dan berjerih. Saat duduk diam, saat berinteraksi dengan kemegahan alam, saat begitu kecil dan terkagum, saat itu juga ketentraman hadir.


Aku tak bermaksud mengatakan bahwa manusia tak perlu berjerih. Itu perlu, karena itu bagian dari kodrat hidup. Tetapi seringkali aku terjebak pada hal-hal yang membuatku berputar-putar pada lingkaran yang tak pernah habis dan tak ingat bahwa ada hal lain yang begitu berharga yang terlupakan. Dengan kehadiran terang bulan di sore ini, aku diingatkan bahwa Dia ciptakan segala sesuatu dengan tujuan mulia.
Tak ada yang sia-sia. Keberadaan setiap helai daun, setiap jasad renik, setiap aliran sungai, setiap siklus gas, setiap iringan awan, setiap pancaran terang adalah bagian dari harmoni alam semesta. Semua berjalan dan berinteraksi sempurna, teratur dan tepat. Setiap komponen bergerak dan berputar mengikuti kodratnya tanpa mengeluh dan penuh kesetiaan serta kepatuhan. Mengapa aku, sebagai komponen kecil dari mega komunitas ini sering tak mau berjalan dalam keselarasan? Alam begitu ramah bila kita membuka hati pada kehadirannya dan akan terasa asing bila kita memalingkan wajah.


Terimakasih bulan. Kehadiranmu malam ini tidak hanya memanjakan pandanganku, tetapi memijat sisa keletihan. Terimakasih karena sore menjelang malam ini engkau mampir dan menyingkapkan hal yang tak sempat terperhatikan oleh keterbatasanku. Padahal sosokmu tak pernah sama, kadang menyabit, kadang terpotong, kadang tak bulat sempurna. Tetapi engkau selalu hadir, sebagai penerang diwaktu malam saat awan tak menutupi cahayamu. Kalau bintang-bintang sedang ramah, kalian hadir bersama menemani mata-mata yang penuh kerinduan akan ketenangan dan kebahagiaan. Maafkan aku yang lebih sering memilih terang lampu sebagai teman, lebih milih terang televisi sebagai penghibur dan melupakan kehadiranmu, melupakan kehadiran jamahan penciptaMu. Betapa Dia mampu membuat semua indah, bukan hanya terlihat indah, tapi juga indah dalam arti sebenarnya. Selamat datang malam.

Lelah

Sedari pagi hanya berusaha mengumpulkan keping-keping semangat yang bertebaran. Minggu lalu kupikir dengan mengambil waktu istirahat, aku bisa sedikit menjadi lega dan terinspirasi. Ternyata, di hari kedua saat istirahatku aku merasa lelah, justru karena tak ada yang dapat kukerjakan, kupikirkan. Kelelahan itu bertambah saat aku harus memunguti keping-keping yang berserak agar aku bisa kembali hidup.

Sepertinya aku salah mengisi saat istirahatku. Ya sudah. Aku mau cari jalan lain.

Thursday, April 14, 2005

Awal

Setelah lama maju dan mundur.
Maju dan mundur lagi.
Hari ini memberanikan diri untuk memulai.