Monday, June 19, 2006

Pengangguran

Tidak terasa sudah hampir setengah tahun aku jadi pengangguran. Sejak enam bulan yang lalu seiring dengan habisnya kontrak kerja dan purnanya studiku, aku tidak bekerja secara profesional lagi. Semula, aku pikir aku pasti tak akan mampu melewati waktu tanpa mengerjakan hal-hal yang selama ini biasa kukerjakan, seperti pergi ke tempat bekerja, menganalisa sample, menganalisa hasil penelitian, membuat report dan mengejar deadline. Semua itu memang sangat aku nikmati, walaupun saat mengerjakannya aku sering menemui kesulitan yang sempat juga membuatku ingin mundur. Hilangnya ritme kehidupan yang terbiasa kujalani sempat membuatku merasa skeptis dan menganggap bahwa pasti aku menjadi tidak produktif dan tidak berguna. Sempat pula aku berpikir, pasti waktu-waktuku akan menjadi panjang dan membosankan.

Tetapi kenyataannya tidak seperti itu. Tuhan terlalu baik untuk membuat hidupku kosong tanpa ada yang dikerjakan. Kalau saat ini secara profesional aku tak mengerjakan apapun, kehidupanku tak lantas menjadi berhenti dan berakhir. Bila diingat apa saja yang kulakukan selama enam bulan terakhir ini, ternyata aku seperti tidak pernah punya banyak waktu untuk benar-benar diam dan tidak melakukan apapun. Sejak bangun pagi sampai saat tertidur waktuku dipenuhi oleh banyak hal. Selain tetap mencari peluang kerja yang baru, aku disibukkan oleh hal lain, seperti menjadi ibu rumah tangga dan juga menjadi bagian dalam dalam lingkaran persahabatan dan persaudaraan. Waktuku banyak sekali terpakai untuk menjalin kembali hubungan yang lama beku karena kesibukanku. Saat tak ada target pekerjaan, aku diberi banyak kesempatan untuk membuka hidupku pada satu bentuk kehidupan yang tak pernah kuduga atau kuharapkan. Aku menikmati menjadi istri, saudara, teman dan sahabat bagi orang-orang disekitarku. Bila dulu, hal ini kuanggap hal yang membuang waktu, sekarang tidak lagi. Ternyata, aku masih bisa terus belajar, terus sibuk dan terus mengembangkan diri dengan apa yang kuhadapi saat ini.

Terimakasih Sang Waktu, karena Engkau memberikan kesempatan padaku untuk membuka sisi lain dihatiku yang selama ini tertutup karena dalih aku tak sempat. Terimakasih juga, karena disaat seperti ini aku juga boleh terus belajar menyimpan pengharapan. Terimakasih, untuk kesenangan dan kebagiaan yang tetap Engkau berikan. Ternyata aku tak pernah benar-benar menjadi pengangguran.



7 Comments:

Anonymous Anonymous said...

eh ibu rumah tangga juga pekerjaan loch mba? duh ma kasih bwt emailnya, cepet banget hihihihihi

10:09 AM  
Blogger Yulini said...

pakabar mbak Miray.. dah lama deh kutunggu postingannya.. btw, aku setuju ibu RT itu profesi, dan sangat mulia lho. Aku bisa ngerti gimana rasanya nganggur dari profesi rutin.. he2 aku juga nih lagi jauh dari kerjaan profesi he2..

7:41 PM  
Blogger Yulini said...

pakabar mbak Miray.. dah lama deh kutunggu postingannya.. btw, aku setuju ibu RT itu profesi, dan sangat mulia lho. Aku bisa ngerti gimana rasanya nganggur dari profesi rutin.. he2 aku juga nih lagi jauh dari kerjaan profesi he2..

7:42 PM  
Blogger miraykemuning said...

Git dan Yulin,
kalian bener, emang ibu RT itu profesi yang gak gampang. Sering kaget aja pas ngejalaninnya ya he he he

Yulin, aduh apa kabar neng! si kecil udah gak kayak bayi lagi yaa he he he!

1:23 PM  
Blogger Sisca said...

Mbak Miray, Tuhan maha besar, terlepas dari segala titel, sebenarnya kita gak pernah benar2 nganggur.
Pekerjaan hanyalah sebuah status, bila hrs terhenti, kitapun segera mengalihkannya kepada hal lain. Dan saat terlepas dari rutinitas itulah,justru kita menemukan kesibukkan baru :)

Senang membaca artikel mbak, teruslah berbagi :)

11:33 AM  
Anonymous Anonymous said...

This is very interesting site...
» »

2:23 PM  
Anonymous Anonymous said...

Excellent, love it! » » »

2:28 AM  

Post a Comment

<< Home